Light Dependent Resistor (LDR) otomatis menggunakan Relay
Praktikum 3
Light Dependent Resistor (LDR)
I.
Tujuan
1.
Menguji prinsip kerja LDR terhadap perubahan
intensitas cahaya
2.
Pengujian rangkaian LDR
3.
Membuat rangkaian aplikasi
II.
Alat dan Bahan
1.
LDR 1
buah
2.
LM 324 1
buah
3.
Resistor 330Ω dan 1kΩ 1
buah
4.
Variable Resistor 100k dan 50k 1
buah
5.
Dioda 1N4002 1
buah
6.
Transistor
BD 139 1 buah
7.
Elko 10
uF/16V 1
buah
8.
Relay SPDT
12V 1
buah
9.
LED 1
buah
10.
Bread board 1
buah
11. Power Supply 1
buah
12. Lux meter 1 buah
13. Kabel Penghubung secukupnya
14. Senter 1
buah
III.
Dasar Teori
3.1 Light Dependent Resistor (LDR)
LDR
atau light Dependent Resistor adalah salah satu jenis resistor yang nilai
hambatannya dipengaruhi oleh cahaya yang diterima olehnya. Besarnya nilai
hambatan pada LDR tergantung pada besar kecilnya cahaya yang diterima oleh LDR
itu sendiri..
Tampilan fisik dan simbol LDR dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini :
Biasanya LDR (atau lebih dikenal dengan fotoresistor) dibuat
berdasarkan kenyataan bahwa film kadmium sulfida mempunyai tahanan yang besar
kalau tidak terkena cahaya dan tahanannya akan menurun kalau permukaan film itu
terkena sinar.
Resistor peka cahaya atau fotoresistor adalah komponen
elektronik yang resistansinya akan menurun jika ada penambahan intensitas
cahaya yang mengenainya. Fotoresistor dapat merujuk pula pada light
dependent resistor (LDR), atau fotokonduktor.
Fotoresistor dibuat dari semikonduktor beresistansi tinggi.
Jika cahaya yang mengenainya memiliki frekuensi yang cukup tinggi, foton yang
diserap oleh semikonduktor akan menyebabkan elektron memiliki energi yang cukup
untuk meloncat ke pita konduksi. Elektron bebas yang dihasilkan (dan pasangan
lubangnya) akan mengalirkan listrik, sehingga menurunkan resistansinya.
Besarnya tahanan LDR / fotoresistor dalam kegelapan mencapai
jutaan ohm dan turun sampai beberapa ratus ohm dalam keadaan terang. LDR dapat
digunakan dalam suatu jaringan kerja (network) pembagi potensial yang
menyebabkan terjadinya perubahan tegangan kalau sinar yang datang berubah.
LDR digunakan
untuk mendeteksi intensitas cahaya, yang mana intensitas cahaya sendiri
dinyatakan dalam dua satuan fisika, yaitu lumens per meter persegi dan Watt per
meter persegi. Kedua satuan itu agak berbeda. yang satu berdasarkan pada
kepekaan mata manusia, yang satu lagi berdasarkan energi listrik yang dialirkan
ke sumber cahaya.
Karakteristik LDR
LDR adalah suatu bentuk komponen yang mempunyai perubahan
resistansi yang besarnya tergantung pada cahaya. Karakteristik LDR terdiri dari
dua macam yaitu Laju Recovery dan Respon Spektral:
1. Laju Recovery
Bila sebuah LDR
dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya tertentu ke dalam suatu
ruangan yang gelap, maka bisa kita amati bahwa nilai resistansi dari LDR tidak
akan segera berubah resistansinya pada keadaan ruangan gelap tersebut. Namun
LDR tersebut hanya akan bisa mencapai harga di kegelapan setelah mengalami
selang waktu tertentu. Laju recovery merupakan suatu ukuran praktis dan suatu
kenaikan nilai resistansi dalam waktu tertentu. Harga ini ditulis dalam
K/detik, untuk LDR tipe arus harganya lebih besar dari 200K/detik (selama 20
menit pertama mulai dari level cahaya 100 lux), kecepatan tersebut akan lebih
tinggi pada arah sebaliknya, yaitu pindah dari tempat gelap ke tempat terang
yang memerlukan waktu kurang dari 10 ms untuk mencapai resistansi yang sesuai
dengan level cahaya 400 lux.
2. Respon Spektral
LDR tidak
mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang gelombang cahaya yang
jatuh padanya (yaitu warna). Bahan yang biasa digunakan sebagai penghantar arus
listrik yaitu tembaga, aluminium, baja, emas dan perak. Dari kelima bahan
tersebut tembaga merupakan penghantar yang paling banyak, digunakan karena
mempunyai daya hantar yang baik (TEDC,1998)
Bagaimana Sensor Cahaya LDR Bekerja
Resistansi
LDR akan berubah seiring dengan perubahan intensitas cahaya yang mengenainya
atau yang ada disekitarnya. Dalam keadaan gelap resistansi LDR sekitar 10MΩ dan
dalam keadaan terang sebesar 1KΩ atau kurang. LDR terbuat dari bahan
semikonduktor seperti kadmium sulfida. Dengan bahan ini energi dari cahaya yang
jatuh menyebabkan lebih banyak muatan yang dilepas atau arus listrik meningkat.
Artinya resistansi bahan telah mengalami penurunan.
Prinsip Kerja LDR
Pada sisi bagian atas LDR
terdapat suatu garis / jalur melengkung yang menyerupai bentuk kurva. Jalur
tersebut terbuat dari bahan cadmium sulphida yang sangat sensitiv terhadap
pengaruh dari cahaya. Jalur cadmium sulfida yang terdapat pada LDR dapat dilihat pada
gambar 2.
Pada gambar jalur cadmium sulfida dibuat melengkung
menyerupai kurva agar jalur tersebut dapat dibuat panjang dalam ruang (area)
yang sempit. Cadmium sulfida (CdS) merupakan bahan semi-konduktor yang memiliki gap energi
antara elektron konduksi dan elektron valensi.
Ketika cahaya mengenai cadmium sulfida, maka energi proton
dari cahaya akan diserap sehingga terjadi perpindahan dari band valensi ke band
konduksi. Akibat perpindahan elektron tersebut mengakibatkan hambatan dari
cadmium sulfida
berkurang dengan hubungan kebalikan dari intensitas cahaya yang mengenai LDR.
3.2 Transistor
Transistor adalah
komponen elektronika yang mempunyai tiga buah terminal. Terminal itu disebut
emitor, basis, dan kolektor. Transistor seakan-akan dibentuk dari penggabungan
dua buah dioda. Dioda satu dengan yang lain saling digabungkan dengan cara
menyambungkan salah satu sisi dioda yang senama. Dengan cara penggabungan
seperti dapat diperoleh dua buah dioda sehingga menghasilkan NPN.
Bahan yang digunakan untuk menghasilkan bahan N dan bahan P
adalah silikon dan germanium. Oleh karena itu, dikatakan :
1.
Transistor germanium PNP
2.
Transistor silikon NPN
3.
Transistor silikon PNP
4.
Transistor germanium NPN
Semua
komponen di dalam rangkaian transistor dengan simbol. Anak panah terdapat di
dalam simbol menunjukkan arah yang melalui transistor.
Keterangan :
C = kolektor
E = emitter
B = basis
Didalam pemakaiannya, transistor dipakai sebagai komponen saklar
(switching) dengan memanfaatkan daerah penjenuhan (saturasi) dan daerah
penyumbatan (cut off) yang ada pada karakteristik transistor.
Pada daerah penjenuhan nilai resistansi
persambungan kolektor emitter secara ideal sama dengan nol atau kolektor dan
emitter terhubung langsung (short). Keadaan ini menyebabkan tegangan kolektor
emiter (VCE) = 0 Volt pada keadaan ideal, tetapi kenyataannya VCE
bernilai 0 sampai 0,3 Volt. Dengan menganalogikan transistor sebagai
saklar, transistor tersebut dalam keadaan on seperti gambar di bawah 4.
Gb.4 Transistor sebagai saklar ON
Pada daerah penyumbatan, nilai resistansi
persambungan kolektor emitter secara ideal sama dengan tak terhitung atau
terminal kolektor dan emitter terbuka (open). Keadaan ini menyebabkan tegangan
(VCB) sama dengan tegangan seumber (VCC). Tetapi pada
kenyataannya VCC pada saat ini kurang dari VCC karena
terdapat arus bocor dari kolektor ke emitter. Dengan menganalogikan transistor
sebagai saklar, transistor tersebut dalam keadaan off seperti gambar di bawah
ini.
Gb.5 Transistor sebagai saklar Off
Karakteristik Ic dengan Vce
Gambar
di bawah memperlihatkan karakteristik keluaran yang menghubungkan arus Ic
dengan tegangan Vce untuk harga arus Ib tertentu. Kurva ini menyajikan hubungan
antara arus masukan di satu sisi dan arus serta tegangan keluaran di sisi yang
lain. Parameter yang sangat penting bagi transistor adalah penguat arus DC,
yang dikenal sebagai penguat arus statis hfe. Ini adalah penguatan transistor
pada keadaan stasioner, yaitu tanpa sinyal masukan. Tidak mempunyai satuan
(karena suatu perbandingan).
Gb.6 Karakteristik Ic terhadap
Vce
Karakteristik arus
kolektor terhadap Vce pada transistor 2. Transistor NPN Kolektor dan emitter
merupakan bahan semikonduktor jenis n dan lapisan diantaranya merupakan
semikonduktor jenis p. Transistor bekerja dalam satu arah, yaitu dari kolektor
menuju emitter, karena kedua terminal tersebut terbuat dari bahan yang sama.
Pada dasarnya
transistor dapat dianggap sebagai suatu piranti yang beroperasi karena adanya
arus. Kalau alat mengalir ke dalam basis dan melewati sambungan basis emitter,
suatu suplai positif pada kolektor akan menyebabkan arus mengalir antara
kolektor dan emitter. Dua hal yang harus diperhatikan pada arus kolektor ini
adalah :
a. Untuk arus basis
nol, arus kolektor turun sampai pada tingkat arus kebocoran, yaitu kurang dari
1 mikro Ampere dalam kondisi normal (untuk transistor dengan bahan dasar
silicon).
b. Untuk arus basis tertentu, arus
kolektor yang mengalir akan jauh lebih besar daripada arus basis itu. Arus
kolektor tersebut dicapai dengan: Ic = hfe x Ib. 3.
Transistor sebagai
saklar cara yang termudah untuk menggunakan sebuah transistor adalah sebagai
sebuah saklar, artinya bahwa kita mengoperasikan transistor pada salah satu
dari saturasi atau titik sumbat, tetapi tidak di tempat-tempat sepanjang garis
beban.
Jika
sebuah transistor berada dalam keadaan saturasi, transistor tersebut seperti
sebuah saklar yang tertutup dari kolektor ke emitter.
Jika transistor
tersumbat (cut off), transistor seperti sebuah saklar yang terbuka.
Gb.7 Transistor Sebagai Saklar dan rangkaian switching transistor.
Penjumlahan tegangan
sekitar loop input memberikan:
Jika arus basis lebih
besar atau sama dengan Ib (sat), titik kerja Q berada pada ujung atas garis
beban (gambar 8. (kanan)). Dalam hal ini
transistor bekerja pada ujung bawah dari garis beban, dan transistor terlihat
seperti sebuah switch yang terbuka.
Cara
mengetahui transistor jenis PNP atau NPN
Anda harus menggunakan ohm meter atau
multitester ( Avometer ). Langkah-langkah
yang harus diperhatikan dalam menentukan transistor jenis PNP atau jenis NPN
adalah sebagai berikut :
Ø Pastikan bahwa anda ingin
menentukan jenis PNP atau NPN.
Ø Saklar multitester pada
posisi R x 100 ohm.
Ø Hubungkan pencolok hitam (-)
pada kaki emitor.
Ø Hubungkan pencolok merah (+)
pada kaki basis.
Ø Catat berapa jarum skala
bergerak dan berhenti.
Ø Kemudian pencolok hitam pada
kaki kolektor.
Ø Lihat jarum skala pasti
bergerak dan berhenti pada angka tertentu.
Ø
Jika
pengukuran pengukuran pertama jarum lebih kecil dari pengukuran yang
kedua berarti Transistor jenisPNP
Ø
Jika jarum lebih skala lebih besar daripada
pengukuran kedua berarti jenis NPN.
3.3 Resistor
Sebuah resistor sering disebut werstan,
tahanan atau penghambat, adalah suatu komponen elektronik yang dapat menghambat
gerak lajunya arus listrik. Resistor disingkat dengan huruf "R"
(huruf R besar). Satuan resistor adalah Ohm, yang menemukan adalah George Ohm
(1787-1854), seorang ahli Fisika bangsa Jerman.
Gb.8
Gambar fisik macam-macam resistor
Kemampuan resistor untuk
menghambat disebut juga resistensi atau hambatan listrik. Besarnya
diekspresikan dalam satuan Ohm. Suatu resistor dikatakan memiliki hambatan 1
Ohm apabila resistor tersebut menjembatani beda tegangan sebesar 1 Volt dan
arus listrik yang timbul akibat tegangan tersebut adalah sebesar 1 ampere, atau
sama dengan sebanyak 6.241506 × 1018 elektron 1per detik mengalir menghadap
arah yang berlawanan dari arus.
Hubungan antara hambatan,
tegangan, dan arus, dapat disimpulkan melalui hukum berikut ini, yang terkenal
sebagai hukum Ohm:
V = I . R
Dimana V adalah beda potensial
antara kedua ujung benda penghambat, I adalah besar arus yang melalui benda
penghambat, dan R adalah besarnya hambatan benda penghambat tersebut.
Gelang Warna pada Resistor
Pada Resistor biasanya
memiliki 4 gelang warna, gelang pertama dan kedua menunjukkan angka, gelang
ketiga adalah faktor kelipatan, sedangkan gelang ke empat menunjukkan toleransi
hambatan.
Pertengahan tahun 2006,
perkembangan pada komponen Resistor terjadi pada jumlah gelang warna. Dengan
komposisi: Gelang Pertama (Angka Pertama), Gelang Kedua (Angka Kedua), Gelang
Ketiga (Angka Ketiga), Gelang Keempat (Multiplier) dan Gelang Kelima
(Toleransi).
Berikut Gelang warna dimulai dari warna Hitam,
Coklat, Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Ungu (violet), Abu-abu dan
Putih Sedangkan untuk gelang toleransi hambatan adalah: Coklat 1%, Merah 2%,
Hijau 0,5%, Biru 0,25%, Ungu 0,1%, Emas 5% dan Perak 0%. Kebanyakan gelang
toleransi yang dipakai oleh umum adalah warna Emas, Perak dan Coklat.
Sifat-sifat resistor,
antara lain sebagai berikut :
·
Jika
pada ujung-ujungnya dipasang tegangan, akan mengalirkan arus sebesar I=V/R
·
Dapat
mengalirkan arus searah maupun bolak-balik
·
Dapat
mengalirkan arus bolak-balik berfrekuensi tinggi maupun rendah.
·
Jika dua buah resistor R1 dan R2 disusun secara seri, maka nilai resistansi penggantinya adalah R1+R2 dan jika disusun secara paralel nilai resistansi penggantinya adalah R1.R2/(R1+R2).
Jika dua buah resistor R1 dan R2 disusun secara seri, maka nilai resistansi penggantinya adalah R1+R2 dan jika disusun secara paralel nilai resistansi penggantinya adalah R1.R2/(R1+R2).
3.4 Variabel Resistor (VR)
Potensiometer merupakan
variable resistor
yang paling sering digunakan. Pada umumnya, potensiometer terbuat dari kawat
atau karbon. Potensiometer yang terbuat dari kawat merupakan potensiometer yang
telah lama lahir pada generasi pertama pada waktu rangkaian elektronika masih
menggunakan tabung hampa (vacuum
tube). Potensiometer dari kawat ini memiliki bentuk yang cukup
besar, sehingga saat ini sudah jarang ada yang memakai potensiometer seperti
ini.
Pada saat ini,
potensiometer lebih banyak terbuat dari bahan karbon. Ukurannya pun lebih
kecil, namun dengan resistansi yang besar. Pada umumnya, perubahan resistansi
pada potensiometer terbagi menjadi 2, yakni linier dan logaritmik. Yang
dimaksud dengan perubahan secara linier adalah perubahan nilai resistansinya
sebanding dengan arah putaran pengaturnya. Sedangkan, yang dimaksud dengan
perubahan secara logaritmik adalah perubahan nilai resistansinya berdasarkan
perhitungan logaritmik.
Pada umumnya, potensiometer logaritmik memiliki perubahan resistansi yang cukup unik karena nilai maksimal dari resistansi diperoleh ketika kita telah melakaukan setengah kali putaran pada pengaturnya. Sedangkan, nilai minimal diperoleh saat pengaturnya berada pada titik nol atau titik maksimal putaran. Untuk dapat mengetahui apakah potensiometer tersebut linier atau logaritmik, dapat dilihat huruf yang tertera di bagian belakang badannya. Jika tertera huruf B, maka potensiometer tersebut logaritmik. Jika huruf A, maka potensiometer linier. Pada umumnya, nilai resistansi juga tertera pada bagian depan badannya. Nilai yang tertera tersebut merupakan nilai resistansi maksimal dari potensiometer.
Gb.10
Gambar fisik dan simbol
dari potensiometer
Pengukuran Potensiometer dengan Multimeter
Gb.11
Pengukuran potensiometer
3.5 Dioda
Dioda memiliki fungsi yang unik yaitu hanya dapat mengalirkan arus satu arah saja. Struktur dioda tidak lain adalah sambungan semikonduktor P dan N. Satu sisi adalah semikonduktor dengan tipe P dan satu sisinya yang lain adalah tipe N. Dengan struktur demikian arus hanya akan dapat mengalir dari sisi P menuju sisi N.
Gambar diatas menunjukkan sambungan PN dengan sedikit porsi kecil yang disebut lapisan deplesi (depletion layer), dimana terdapat keseimbangan hole dan elektron. Seperti yang sudah diketahui, pada sisi P banyak terbentuk hole-hole yang siap menerima elektron sedangkan di sisi N banyak terdapat elektronelektron yang siap untuk bebas merdeka. Lalu jika diberi bias positif, dengan arti kata memberi tegangan potensial sisi P lebih besar dari sisi N, maka elektron dari sisi N dengan serta merta akan tergerak untuk mengisi hole di sisi P. Tentu kalau elektron mengisi hole disisi P, maka akan terbentuk hole pada sisi N karena ditinggal elektron. Ini disebut aliran hole dari P menuju N, Kalau menggunakan terminologi arus listrik, maka dikatakan terjadi aliran listrik dari sisi P ke sisi N.
Gb.13
Dioda dengan Bias Maju
Jika polaritas tegangan dibalik yaitu dengan
memberikan bias negative (reverse bias). Dalam hal ini, sisi N mendapat
polaritas tegangan lebih besar dari sisi P.
Gb.14
Dioda dengan Bias Negatif
Maka tidak akan terjadi perpindahan elektron
atau aliran hole dari P ke N maupun sebaliknya. Karena baik hole dan
elektron masing-masing tertarik ke arah kutup berlawanan. Bahkan lapisan
deplesi (depletion layer) semakin besar dan menghalangi terjadinya arus.
Dioda hanya dapat mengalirkan arus satu arah saja. Dengan tegangan bias maju yang kecil saja dioda sudah menjadi konduktor. Tidak serta merta diatas 0 volt, tetapi memang tegangan beberapa volt diatas nol baru bisa terjadi konduksi. Ini disebabkan karena adanya dinding deplesi (deplesion layer). Untuk diode yang terbuat dari bahan Silikon tegangan konduksi adalah diatas 0.7 volt. Kirakira 0.2 volt batas minimum untuk dioda yang terbuat dari bahan Germanium.
Gambar.15.karakteristik dioda
Sebaliknya untuk bias negatif dioda tidak dapat mengalirkan arus, namun memang ada batasnya. Sampai beberapa puluh bahkan ratusan volt baru terjadi breakdown, dimana dioda tidak lagi dapat menahan aliran elektron yang terbentuk di lapisan deplesi.
Gb.16
Gambar fisik Dioda
3.6 Light Emiting Dioda (LED
Dioda cahaya atau lebih dikenal dengan
sebutan LED (light-emitting diode) adalah suatu semikonduktor
yang memancarkan cahaya monokromatik yang tidak koheren ketika diberi
tegangan maju. Gejala ini termasuk bentuk elektroluminesensi. Warna yang
dihasilkan bergantung pada bahan semikonduktor yang dipakai, dan bisa
juga dekat ultraviolet, tampak, atau inframerah.
Gb.17 Simbol LED
Sebuah LED adalah sejenis dioda semikonduktor
istimewa. Seperti sebuah dioda normal, dia terdiri dari sebuah chip bahan
semikonduktor yang diisi penuh, atau di-dop, dengan ketidakmurnian untuk
menciptakan sebuah struktur yang disebut p-n junction. Pembawa muatan elektron
dan lubang mengalir ke junction dari elektroda dengan voltase berbeda. Ketika
elektron bertemu dengan lubang, dia jatuh ke tingkat energi yang lebih rendah,
dan melepas energi dalam bentuk photon.
Panjang gelombang dari
cahaya yang dipancarkan, dan oleh karena itu warnanya, tergantung dari energi
bandgap dari bahan yang membentuk pn junction. Sebuah dioda normal, biasanya
terbuat dari silikon atau germanium, memancarkan cahaya tampak
dekat-inframerah, tetapi bahan yang digunakan untuk sebuah LED memiliki energi
bandgap antara cahaya dekat-inframerah, tampak, dan dekat-ultraungu.
Cara Kerja LED
Karena LED adalah salah
satu jenis dioda maka LED memiliki 2 kutub yaitu anoda dan katoda. Dalam
hal ini LED akan menyala bila ada arus listrik mengalir dari anoda
menuju katoda. Pemasangan kutub LED tidak boleh terebalik karena apabila
terbalik kutubnya maka LED tersebut tidak akan menyala.
Led memiliki karakteristik yang berbeda-beda menurut warna yang dihasilkan. Semakin tinggi arus yang mengalir pada led maka semakin terang pula cahaya yang dihasilkan, namun perlu diperhatikan bahwa besarnya arus yang diperbolehkan 10ma - 20mA dan pada tegangan 1,6V – 3,5 V menurut karakter warna dihasilkan. Apabila arus yang mengalir lebih dari 20mA maka led akan terbakar. Untuk menjaga agar LED tidak terbakar perlu kita gunakan resistor sebagai penghambat arus.
Gb.19
Gambar LED.
Bahan semikonduktor yang sering digunakan dalam
pembuatan LED adalah:
1.
Ga As (Galium
Arsenide,) meradiasikan sinar infra merah,
2.
Ga As P
(Galium Arsenide Phospide) meradiasikan warna merah dan kuning,
3.
Ga P (Galium
Phospide) meradiasikan warna merah dan kuning.
3.7 Cara Menggunakan
Multimeter
Keterangan :
1.
Zero Correction (Pengenolan Jarum)
>>
Untuk mengenolkan Jarum pada posisi kiri
2.
Range Selector
>>
Untuk memilih range/batasan hambatan, tegangan atau arus
3.
Measuring
Terminal
4.
Series
Condenser
5.
Ohm Adjust
>> Untuk mengenolkan jarum saat melakukan
pengukuran hambatan
Pengukuran Hambatan (ohm)
1.
Perhatikan (lihat) kondisi AVO baik atau rusak
bodynya
2.
Nolkan jarum AVO pada posisi sebelah kiri dengan
menggunakan Ohm Zero Correction dengan cara memutar ke kiri atau ke kanan
agar jarum tersebut benar-benar
ke angka nol sebelah kiri
3.
Posisikan Range Selector pada x1 Ω, x10, x100, x1k,
atau x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel negatif dan positif. Nolkan jarum
AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan ohm adjust.
“Baik tidaknya range
selector x1 Ω, x10 Ω, x100 Ω, pegang ujung negatif dan positif, jarum harus
tidak bergerak”.
4.
Pada dasarnya untuk pengukuran, Range Selector ohm
meter harus betul-betul
diperhatikan, yaitu setiap memindahkan range selector ke masing-masing nilai ohm terlebih
dahulu ujung taspinnya disatukan /
dihubungkan. Sambil melihat jarum AVO menunjukkan kurang atu lebih dari angka
nol disebelah kanan. Kurang atau lebihnya jarum tersebut kita atur dengan
tombol ohm adjusting knop kearah kiri atau kanan sehingga jarum AVO tersebut
benar-benar ke posisi
angka nol.
5.
Setiap mau mengukur posisi ohm hendaknya letakkan range selector pada skala yang paling kecil.
Setiap mau mengukur posisi ohm hendaknya letakkan range selector pada skala yang paling kecil.
Cara Membaca
Skala Ohm
Pengukuran tegangan
DC volt dan AC volt. Cara
Membaca Skala Volt Tegangan AC maupun DC.
1.
Range selector 0,1v
Skala
baca dari 0~10
Jarum
maximal 0,1v (10:100:0,1)
Sedangkan
perkolomnya diambil dari angka 1 >> 1 disini= 1/100= 0,01
Jadi 0,01 dibagi 5
kolom >> 1/100:5= 1/100×1/5=1/500= 0,02v
2.
Range selector 0,5v
Skala
baca dari 0~50
Jarum
maximal 0,5v (50:100:0,5)
Sedangkan
perkolomnya diambil dari angka 10 >> 10 disini= 10/100= 0,1
Jadi
0,1 dibagi 10 kolom >> 10/100:10= 1/10×1/10=1/100= 0,01v
3.
Range selector 2,5v
Skala
baca dari 0~250
Jarum
maximal 2,5v (250:100:2,5)
Sedangkan
perkolomnya diambil dari angka 50 >> 50 disini= 50/100= 0,5
Jadi
0,5 dibagi 10 kolom >> 50/100:10= 1/2×1/10=1/20= 0,02v
4.
Range selector 10v
Skala
baca dari 0~10
Jarum
maximal 10v
Sedangkan
perkolomnya diambil dari angka 1 >> 1 disini= 1/1= 1
Jadi
1 dibagi 5 kolom >> 1:5= 1×1/5=1/500= 0,02v
5.
Range selector 50v
Skala
baca dari 0~50
Jarum
maximal 50v
Sedangkan
perkolomnya diambil dari angka 10 >> 10 disini= 10/1= 10
Jadi10
dibagi 10 kolom >> 10/10= 1v
6.
Range selector 250v
Skala
baca dari 0~250
Jarum
maximal 250v
Sedangkan
perkolomnya diambil dari angka 50 >> 50 disini= 1×50= 50
Jadi
50 dibagi 10 kolom >> 50/10= 5v
7.
Range selector 1000v
Skala
baca dari 0~10 (10×100= 1000)
Jarum
maximal 1000v
Sedangkan
perkolomnya diambil dari angka 1 >> 1 disini= 1×100= 100
Jadi
100 dibagi 5 kolom >> 100/5= 20v
3.8 Bread
Board
Project Board
atau yang sering disebut sebagai BreadBoard adalah dasar konstruksi sebuah
sirkuit elektronik dan merupakan prototipe dari suatu rangkaian elektronik. Di
zaman modern istilah ini sering digunakan untuk merujuk pada jenis tertentu
dari papan tempat merangkai komponen, dimana papan ini tidak memerlukan proses
menyolder ( langsung tancap ).
Karena
papan ini solderless alias tidak memerlukan solder sehingga dapat digunakan
kembali, dan dengan demikian dapat digunakan untuk prototipe sementara serta
membantu dalam bereksperimen desain sirkuit elektronika. Berbagai sistem
elektronik dapat di prototipekan dengan menggunakan breadboard, mulai dari
sirkuit analog dan digital kecil sampai membuat unit pengolahan terpusat (CPU).
Secara umum breadbord
memiliki jalur seperti berikut ini :
Penjelasan :
·
2 Pasang jalur Atas dan bawah terhubung
secara horisontal sampai ke bagian tengah dari breadboard. Biasanya jalur ini
digunakan sebagai jalur power atau jalur sinyal yg umum digunakan seperti clock
atau jalur komunikasi.
·
lobang komponen di tengah merupakan
tempat merangkai komponen. Jalur ke 5 lobang ini terhubung vertikal sampai
bagian tengah dari breadboard.
·
Pembatas tengah breadboard digunakan sebagai
tempat menancapkan komponen IC
3.9 Power Supply
Power
Supply adalah perangkat keras yang berfungsi untuk menyuplai tegangan langsung
kekomponen dalam casing yang membutuhkan tegangan, misalnya motherboard,
hardisk, kipas, dll. Input power supply
berupa arus bolak-balik (AC) sehingga power
supply harus mengubah tegangan AC menjadi DC (arus searah), karena hardware
komputer hanya dapat beroperasi dengan arus DC. Power supply berupa kotak yang
umumnya diletakan dibagian belakang atas casing.
3.10 Lux meter
Alat ukur cahaya (lux meter) adalah alat yang
digunakan untuk mengukur besarnya intensitas cahaya di suatu tempat. Besarnya
intensitas cahaya ini perlu untuk diketahui karena pada dasarnya manusia juga
memerlukan penerangan yang cukup. Untuk mengetahui besarnya intensitas cahaya
ini maka diperlukan sebuah sensor yang cukup peka dan linier terhadap cahaya.
Sehingga cahaya yang diterima oleh sensor dapat diukur dan ditampilkan pada
sebuah tampilan digital.
Lux meter digunakan untuk mengukur tingkat iluminasi.
Hampir semua lux meter terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto, dan
layer panel. Sensor diletakkan pada sumber cahaya. Cahaya akan menyinari sel
foto sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin banyak
cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan lebih besar. Kunci untuk
mengingat tentang cahaya adalah cahaya selalu membuat beberapa jenis perbedaan
warna pada panjang gelombang yang berbeda. Oleh karena itu, pembacaan merupakan
kombinasi efek dari semua panjang gelombang.
3.11 Kapasitor
Elektrolit
Kapasitor elektrolit adalah sebuah kapasitor yang memiliki
polaritas. Sehingga untuk pemasangan komponen pada rangkaian harus
memperhatikan polaritas pada kaki-kakinya, antara kutub positif dan kutub negatif.Jika
terjadi kesalahan pemasangan pada rangkaian maka dapat menyebabkan kerusakan
pada komponen lainnya yang terdapat didalam rangkaian tersebut. Salah satu
comtoh kapasitor elektrolit adalah ELCO (Electrilyte Condensator).
|
|||
Pada umumnya nilai kapasitansi dari kapasitor tetap dapat
dilihat dari label permukaannya. Hanya saja ada perbedaan dalam pembacaan nilai
dari masing-masing jenis kapasitor. Pada kapasitor elektrolit, untuk mengetahui
nilai kapasitansinya cukup dengan membaca langsung label yang sudah tersedia
dan umumnya disusun dalam satuan mikro Farad (μF) dan dilengkapi dengan batas
tegangan kerjanya.
Ada dua cara untuk membaca nilai kapasitansi yang terdapat
pada badan kapasitor non-elektrolit.Untuk kapasitor non-elektrolit yang pada
badannya tertera tiga angka,cara membacanya sebagai berikut. Angka pertama dan
kedua adalah variabel nilai, sedangkan angka ketiga adalah faktor kali. Adapun
satuan yang digunakan adalah pico Farad (pF).
3.12 Relay
Relay adalah komponen elektronika berupa saklar
elektronika yang digerakkan oleh arus listrik.
Secara prinsip, relay merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada
batang besi (solenoid) di dekatnya. Ketika solenoid dialiri arus listrik, tuas
akan tertarik kerena adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid sehingga
kontak saklar akan menutup. Pada saat arus dihentikan, gaya magnet akan hilang,
tuas akan kembali ke posisi semula dan kontak saklar kembali terbuka.
Relay biasanya
digunakan untuk menggerakkan arus/tegangan yang besar (misalnya peralatan
listrik 4 ampere AC 220V) dengan memakai arus/tegangan yang kecil (misalnya 0.1
ampere 12 Volt DC). Dalam pemakaiannya biasanya relay yang digunakan dengan
arus DC dilengkapi dengan dioda yang di-paralel dengan lilitannya dan dipasang
terbalik yaitu anoda pada tegangan (-) dan katoda pada tegangan (+). Ini
bertujuan untuk mengantisipasi sentakan listrik yang terjadi pada saat relay
berganti posisi dari on ke off agar tidak merusak komponen di sekitarnya.
IV. Langkah Kerja
1.
Menyiapkan alat dan bahan
2.
Membuat rangkaian sesuai dengan gambar rangkaian pada project board
3.
Menghubungkan power supply,lalu menyalakan power supply tersebut
4.
Mengatur potensio 100K dan 50K sampai ditemukan LED menyala atau mati
pada kondisi gelap atau terang (cahaya senter untuk kondisi terang dan menutup
sensor untuk kondisi gelap)
5.
Jika sudah ditemukan kondisi LED dapat menyala atau mati pada kondisi
gelap atau terang, selanjutnya mematikan power supply
6.
Mengukur nilai potensio tersebut dengan melepasnya dari rangkaian
7.
Mengukur nilai resistansi potensio tersebut dengan menggunakan AVO
pada kondisi ohm
8.
Catat hasil pada tabel pengamatan
V.
Gambar Rangkaian
VI.
Data Hasil
Tabel hasil pecobaan
LUX
|
Nilai Resistor 50K
|
Nilai Resistor 100K
|
50
|
40 kΩ
|
100 kΩ
|
200
|
300 kΩ
|
9 kΩ
|
500
|
0.07 kΩ
|
0.5 kΩ
|
900
|
0.3 kΩ
|
7 kΩ
|
VII.
Analisis dan Grafik
Analisis
Besar resistansi pada potensio dipengaruhi oleh
banyaknya jumlah cahaya yang diterima oleh LDR. Jika cahaya yang diterima
sedikit, maka resistansi pada potensio 100k besar dan menghambat tegangan input
-
Jika tegangan dari potensio 50K lebih besar dari potensio 100K, maka
tegangan dari 50K diloloskan dan keluar untuk memicu transistor sehingga relay bekerja.
-
Disini jika LDR mendapat cahaya yang banyak maka nilai resistansinya
akan menjadi kecil, sebaliknya jika LDR tidak mendapatkan cahaya maka nilai
resistansinya besar.
VIII.
Kesimpulan
Setelah melakukan
praktikum, kita dapat menarik beberapa kesimpulan antara lain membandingkan antara gelap dan terang :
v Apabila keadaan terang
LED mati : tegangan yang melewati LDR lebih besar kemudian komparator bekerja
sehingga dapat menghidupkan relay
v Apabila keadaan gelap
LED menyala : tegangan tidak melewati LDR kemudian komparator tidak bekerja
sehingga tidak dapat menghidupkan relay
IX.
Tugas
1. Bagaimana prinsip kerja
pada rangakaian lampu otomatis tersebut?
2. Apa fungsi dioda pada
rangkaian tersebut?
3. Apa fungsi kapasitor
pada rangkaian tersebut?
4. Buatlah rangkaian
otomatis dengan output lampu AC 220 V.
Jawab:
1.
Prinsip kerja dari rangkaian ini adalah jika
sensor atau LDR bearada di tempat terang atau mendapatkan banyak cahaya maka
LED akan mati. Sebaliknya jika
sensor ( LDR ) berada di tempat yang gelap atau tidak mendapatkan cahaya, maka
LED secara otomatis akan menyala.
2.
Dioda digunakan untuk mengontrol koil pada relay, disaat bias reverse
tegangan diparalel ke koil relay agar relay dapat bekerja.
3.
Kapasitor pada rangkaian ini berfungsi sebagai penyimpan muatan
listrik untuk mengurangi lonjakan arus saat LED menyala
gan bz tolong gambar grafik LDR mengenai resistansi dan Lumen cahaya
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapuska carakerjaldr pada pengukuran intensitas cahaya gimana ya kak?
BalasHapus