PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN TERHADAP PUTARAN MOTOR INDUKSI
PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN
TERHADAP PUTARAN MOTOR INDUKSI
I.
Tujuan
1. Agar
mahasiswa dapat mengetahui pengaruh perubahan tegangan terhadap putaran motor
induksi.
2. Agar
mahasiswa dapat mengetahui pengaruh perubahan tegangan terhadap putaran motor
induksi dengan frekuensi tetap.
3. Agar
mahasiswa dapat mengetahui pengaruh kecepatan motor antara tegangan rendah dan
tegangan tinggi.
4. Agar
mahasiswa dapat menegatahui grafik perubahan tegangan terhadap putaran motor
induksi.
II.
Alat
dan Bahan
1. Motor
universal
2. Autotrafo
3. AVO
meter
4. Tachometer
III. Dasar Teori
a. Motor
Induksi
Motor
induksi merupakan motor yang paling umum
digunakan pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya
yang sederhana, murah dan mudah didapat, dan dapat langsung disambungkan ke
sumber daya AC.
a.
Komponen
Motor
induksi memiliki dua komponen listrik utama (Gambar 4):
Ø Rotor.
Motor induksi menggunakan dua jenis
rotor:
o
Rotor kandang tupai terdiri dari batang
penghantar tebal yangdilekatkan dalam petak-petak slots paralel.
Batang-batang tersebut diberi hubungan pendek pada kedua ujungnya dengan alat
cincin hubungan pendek.
o
Lingkaran rotor yang memiliki gulungan
tiga fase, lapisan ganda dan terdistribusi.
o
Dibuat melingkar sebanyak kutub
stator. Tiga fase digulungi kawat pada
bagian dalamnya dan ujung yang lainnya dihubungkan ke cincin kecil yang
dipasang pada batang as dengan sikat
yang menempel padanya.
Ø Stator.
Stator
dibuat dari sejumlah stampings
dengan slots untuk membawa gulungan tiga fase. Gulungan
ini dilingkarkan untuk sejumlah kutub yang tertentu. Gulungan diberi spasi
geometri sebesar 120 derajat.
Gambar Motor induksi (Automated
Building)
b.
Klasifikasi
motor induksi
Motor
induksi dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama (Parekh, 2003):
·
Motor induksi satu fase.
Motor ini hanya memiliki satu gulungan stator, beroperasi dengan pasokan daya satu
fase, memiliki sebuah rotor kandang tupai, dan memerlukan sebuah alat untuk
menghidupkan motornya. Sejauh ini motor ini merupakan jenis motor yang paling
umum digunakan dalam peralatan rumah tangga, seperti fan angin, mesin cuci dan
pengering pakaian, dan untuk penggunaan hingga 3 sampai 4 Hp.
·
Motor induksi tiga fase.
Medan
magnet yang berputar dihasilkan oleh pasokan tiga fase yang seimbang. Motor tersebut memiliki kemampuan daya yang
tinggi, dapat memiliki kandang tupai atau gulungan rotor (walaupun 90% memiliki
rotor kandang tupai); dan penyalaan sendiri. Diperkirakan bahwa sekitar 70%
motor di industri menggunakan jenis ini,
sebagai contoh, pompa, kompresor, belt conveyor, jaringan listrik , dan
grinder. Tersedia dalam ukuran 1/3 hingga ratusan Hp.
c.
Kecepatan
motor induksi
Motor
induksi bekerja sebagai berikut. Listrik
dipasok ke stator yang akan menghasilkan medan magnet. Medan magnet ini
bergerak dengan kecepatan sinkron disekitar rotor. Arus rotor menghasilkan
medan magnet kedua, yang berusaha untuk
melawan medan magnet stator, yang menyebabkan rotor berputar.
Walaupun
begitu, didalam prakteknya motor tidak pernah bekerja pada kecepatan sinkron
namun pada “kecepatan dasar” yang lebih rendah. Terjadinya perbedaan antara dua
kecepatan tersebut disebabkan adanya “slip/geseran” yang meningkat dengan
meningkatnya beban. Slip hanya terjadi pada motor induksi. Untuk menghindari
slip dapat dipasang sebuah cincin geser/
slip ring, dan motor tersebut dinamakan “motor cincin geser/ slip ring motor”.
Persamaan
berikut dapat digunakan untuk menghitung persentase slip/geseran (Parekh, 2003):
Dimana:
Ns
= kecepatan sinkron dalam RPM
Nb
= kecepatan dasar dalam RPM
d.
Hubungan
antara beban, kecepatan dan torque
Gambar
5 menunjukan grafik torque-kecepatan motor induksi AC tiga fase dengan arus
yang sudah ditetapkan. Bila motor (Parekh, 2003):
·
Mulai menyala ternyata terdapat arus
nyala awal yang tinggi dan torque yang rendah (“pull-up torque”).
·
Mencapai 80% kecepatan penuh, torque berada
pada tingkat tertinggi (“pull-out torque”) dan arus mulai turun.
·
Pada kecepatan penuh, atau kecepatan
sinkron, arus torque dan stator turun ke nol.
Gambar. Grafik Torgue-
kecepatan motor induksi AC 3 fase
(Parekh, 2003)
b. Prinsip
kerja Motor Induksi
Motor induksi
adalah alat listrik yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Listrik yang diubah adalah
listrik 3 phasa. Motor induksi sering juga disebut motor tidak serempak atau
motor asinkron. Prinsip kerja motor induksi lihat Gambar 5.4. Ketika
tegangan phasa U masuk ke belitan stator
menjadikan kutub S (south = selatan), garis-garis gaya magnet mengalir melalui
stator, sedangkan dua kutub lainnya adalah N (north = utara) untuk phasa V dan
phasa W. Kompas akan saling tarik-menarik dengan kutub S.
Berikutnya kutub
S pindah ke phasa V, kompas berputar 120°, dilanjutkan kutub S pindah ke phasa
W, sehingga pada belitan stator timbul medan magnet putar. Buktinya kompas akan
memutar lagi menjadi 240°. Kejadian berlangsung silih berganti membentuk medan
magnet putar sehingga kompas berputar dalam satu putaran penuh, proses ini berlangsung
terus menerus. Dalam motor induksi kompas digantikan oleh rotor sangkar yang akan
berputar pada porosnya. Karena ada perbedaan putaran antara medan putar stator dengan
putaran rotor, maka disebut motor induksi tidak serempak atau motor asinkron.
Susunan belitan stator
motor induksi dengan dua kutub, memiliki tiga belitan yang masing-masing
berbeda sudut 120° Gambar 5.5. Ujung belitan phasa pertama U1- U2, belitan
phasa kedua V1-V2 dan belitan phasa ketiga W1-W2. Prinsip kerja motor induksi
dijelaskan dengan gelombang sinusoidal Gambar 5.6, terbentuknya medan putar
pada stator motor induksi. Tampak stator dengan dua kutub, dapat diterangkan
dengan empat kondisi.
Gambar.
Bentuk gelombang sinusoida dan timbulnya medan putar pada stator motor induksi
1. Saat
sudut 0°. Arus I1 bernilai positip dan arus I2 dan arus I3 bernilai negatip dalam
halini belitan V2, U1 dan W2 bertanda silang (arus meninggalkan pembaca), dan
belitan V1,U2 dan W1 bertanda titik (arus listrik menuju pembaca). Terbentuk
fluk magnet pada garis horizontal sudut 0°. Kutub S (south = selatan) dan kutub
N (north = utara).
2. Saat
sudut 120°. Arus I2 bernilai positip sedangkan arus I1 dan arus I3 bernilai
negatip, dalam hal ini belitan W2, V1, dan U2 bertanda silang (arus
meninggalkan pembaca), dankawat W1, V2, dan U1 bertanda titik (arus menuju
pembaca). Garis fluk magnit kutub S dan N bergeser 120° dari posisi awal.
3. Saat
sudut 240°. Arus I3 bernilai positip dan I1 dan I2 bernilai negatip, belitan
U2, W1,dan V2 bertanda silang (arus meninggalkan pembaca), dan kawat U1, W2,
dan V bertanda titik (arus menuju pembaca). Garis fluk magnit kutub S dan N
bergeser 120° dari posisikedua.
4. Saat
sudut 360°. posisi ini sama dengan saat sudut 0°, di mana kutub S dan N kembali
keposisi awal sekali.
IV. Gambar Rangkaian
V.
Langkah
Kerja
1. Siapkan
alat dan bahan yang akan digunakan
2. Merangkaian
rangkaian sesuai dengan gambar rangkaian yang ditentukan
3. Mengamati
rangkaian apakah sudah sesui dengan gambar rangkaian
4. Mengatur
tegangan regulator sesuai dengan ketentuan asisten
5. Mengatur
putaran motor dengan tachometer kemudian mencatat hasilnya
6. Mengulangi
percobaan dengan variasi tegangan yang berbeda
VI. Hasil Percobaan
A.Tabel
Percobaan
Tegangan (V)
|
Putaran motor (RPM)
|
0
|
0
|
10
|
0
|
20
|
0
|
24
|
1308
|
30
|
1389
|
40
|
1449
|
50
|
1469
|
60
|
1478
|
70
|
1482
|
80
|
1486
|
90
|
1488
|
100
|
1489
|
110
|
1491
|
120
|
1491
|
130
|
1491
|
140
|
1491
|
150
|
1491
|
160
|
1491
|
170
|
1492
|
180
|
1492
|
190
|
1492
|
200
|
1492
|
210
|
1492
|
220
|
1492
|
B.Grafik
Tabel Percobaan
VII.
Analisis
Dari data perubahan tegangan tersebut terlihat bahwa
adanya perubahan tegangan mengakibatkan terjadinya perubahan kecepatan. Seperti
dalam teori yang dibahas sebelumnya, bahwa kopel sebanding dengan pangkat dua
tegangan yang diberikan terminal primernya. Maka saat tegangan diturunkan,
kopel yang diterima rotor juga akan ikut turun.
Penurunan kopel yang diterima oleh rotor ini akan
mengakibatkan kecepatan putaran motor juga akan berkurang sesuai dengan
penurunan tegangan. Hal inilah yang menjadi dasar pengaturan kecepatan motor dengan
mengubah sumber tegangan (line voltage control). Dalam pengaturan putaran dengan
mengubah tegangan ini masih terdapat beberapa kelemahan yang timbul. Dimana
dalam pengaturan ini kadang diperoleh
putaran yang tidak stabil (berubah-ubah) terutama untuk putaran rendah. Hal ini
terjadi karena motor yang digunakan adalah motor dengan tegangan stabil.
Sehingga saat tegangan diturunkan, putaran motor menjadi tidak stabil, karena
motor akan berputar dengan sempurna pada tegangan yang diperkenakan yang telah
ditentukan dalam plat penunjuk daya (name plate) yang sudah disesuaikan pada
motor tersebut.
VIII.
Kesimpulan
1. Rangkain
pengaturan tegangan pada autotrafo dapat digunakan sebagai pengatur kecepatan
putaran motor induksi.
2. Dengan
mengubah tegangan sumber perubahan kenaikan kecepatan terlihat seperti gambar
4.1 Grafik karakteristik perubahan tegangan terhadap kecepatan berbentuk garis
linear Besarnya prosentase kenaikan
kecepatan dari tegangan 100 Volt
/ 50 Hz sampai 215 Volt / 50 Hz terjadi kenaikan kecepatan sebesar 53,07 %.
3. Semakin
besar tegangan yang dinaikkan, maka putaran motor semakin cepat, dan sebaliknya
semakin kecil tegangan yang diberikan maka semakin pelan putaran motor sehingga
arus starting motor menjadi kecil dan drop tegangan masih dalam batas toleransi
Daftar
Pustaka
Wijatmiko, Titis. 2007. Rancang bangun alat pengatur kecepatan motor
universal pada sewing machine motor. Tugas akhir : Universitas Negeri
Semarang.
Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri
di Asia. www.energyefficiencyasia.org
diakses tanggal 7 september 2012
Komentar
Posting Komentar